10/15/16

Agus oh Agus, Salam Untuk Pak Beye, Yes?

foto

Mas Agus, begitu saja saya ingin menyebut namanya. Bukan karena saya kenal dekat, cuma serasa nama Agus sudah lumrah di pendengaran saya. Tidak juga "ndeso" tapi ngindonesia banget.

Ya, beberapa waktu lalu, tepatnya rabu (12/16) pukul 20.30 kemarin, Mas Agus diwawancara Najwa Shihab. Pembawa acara program Mata Najwa yang kondang di kalangan mahasiswa, selain segmentasi pasarnya adalah pemuda pemudi pemertai bangsa tentunya. Makanya rajin road show di kampus-kampus, yang berlevel wahid tentunya.

Kabarnya Mas Agus ini ikut berkompetisi pilkada untuk meneruskan dinasti politik Cikeas? Kira-kira begitu substansi salah satu pertanyaan mbak nana (panggilan akrab Najwa Shihab).


Dengan gaya khas cikeas, Mas Agus menjawab dengan suara didalamkan dan gerak tangan rapat lima jari, maju-mundur. Merujuk kenormatifan khas politisi, mantan perwira TNI ini sedang mencoba bergaya politis, sekarang.

Satu, dua, dan tiga, juga empat, lima, enam pertanyaan Mbak Nana mulai menukik, menusuk psikologi salah satu profesional TNI ini. Dasarnya masih muda, masih berapi-api, Mas Agus mulai kehilangan kontrol emosi dengan semakin tingginya volume suara, hingga dia seakan memiliki suara tenor seperti Once Mekel. Meninggi, intonasi sedikit kacau. Narasi sistematis yang mungkin sudah dihapal untuk menjawab pertanyaan, seakan menjadi kacau tak terkondisi.

Lalu Mas Agus mulai memperlihatkan mimik wajah kegalauan. Senyum bibirnya mulai tak singkron dengan bentuk mata yang menajam, seakan bingung. Namun, namanya perwira dia juga telah memahami public speaking, sesekali dia menggunakan teknik unik, dengan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan pula. Namanya juga tentara, kelakar yang dibuatnya pun khas prajurit, seakan apa yang ditanyakannya merupakan instruksi untuk jawaban "Iya", menyetujui pendapat dan opini komandan. Tapi benar saja, seluruh simpatisan mantan prajurit ini pun tertawa, iya.

Jauh dengan Mas Agus, saya memperhatikan seharusnya dia melakukan gladi resik dulu untuk dialog sekelas Mata Najwa. Tak perlu langsung dengan Mbak Nana, dengan saya misalnya, tak masalah. Kalau mengajukan pertanyaan saja dengan membaca sepertinya saya bisa. Tapi dengan catatan penontonnya jangan boleh duduk dulu, kalau perlu saat team sedang menata kursi juga menata dekorasi panggung. Tak masalah kita latihan dulu.

Nanti Mas Agus bisa mencari posisi ternyaman untuk di kursi panas milik Mbak Nana. Atau juga bisa mengatur letak kaki kanan dan kiri, kalau perlu Mas Agus bisa membuat batasan untuk gerak maksimal tangan dan gerak putar maksimal kursi, 87 derajat misalnya.

Ya, kalau Mas Agus tak mau, saran saya sih harusnya magang dulu sebelum berada di acara besar seperti Mata Najwa, misalnya di acara deal-deal itu atau take me out atau juga bisa di acara subuh-subuh yang populer dengan sebutan mama itu. Itu sih saran saya, kalau mau lebih bagus, bisa Mas Agus minta saran dosen saya yang luar biasa jago dengan konsep kelamaan seperti gerak tertebak Pak Beye.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih untuk berkomentar. Saya tunggu kabar kamu, selanjutnya.

Saya Hisyam Suratin, salam.