2/8/15

CERITA ORANG KANTORAN I


Kantor, mungkin menjadi kata membanggakan ketika berhadapan dengan calon mertua. Tapi, mungkinkah itu selalu menarik. Jawabnnya, TIDAK !

Menjadi pegawai dengan rutinitas yang sering membuat otak serasa mau leleh, tak jarang menjadi satu alasan “orang kantoran” bersikap sedikit aneh. Aneh? Ya, itu jawaban tepatnya.
Mari kita lihat. Berapa banyak orang kantoran yang pulang ke karaoke lebih dulu ketika akhir pekan, sebelum bersandar di rumah. Berapa banyak? Atau berapa banyak orang berkemeja yang sedianya cocok dengan dasi, tapi tak ada, yang mampir “Gang Dolly” ketika masih
buka. Mari berhitung saja, dengan jari pun tak masalah.

Tapi, banyak juga yang tidak melampiaskannya dalam konteks kepuasan seksual.

Percaya atau tidak, menjadi pegawai itu memerlukan sedikit pengorbanan, fisik juga pikiran. Alasannya mungkin sederhana. Jenuh.

Dan tepat sekali, jenuh dengan rutinitas.

Manusia, pada dasarnya memiliki rasa penasaran tinggi dan mencoba hal baru merupakan satu cara untuk melampiaskan itu. Terlebih pada pria. Makhluk yang dilahirkan untuk berpetualang seperti saya ini, sering kali merasa kalau hidup sudah berakhir, ketika tak ada hal baru yang menarik, kecuali berhadapan dengan wanita dan menerima slip gaji. Itu saja, mungkin untuk saat ini.

Terlebih ketika kita sudah terbiasa dan mahir dalam mengerjakan rutinitas yang kata orang itu menarik. Jelas saja, mereka tak pernah melakukannya. Sementara saya, hampir setiap hari.

Keybord yang saya gunakan ini contohnya, saking mesranya saya dengan dia, bahkan saya tak perlu melihat untuk memijatnya sehingga muncul huruf huruf di layar monitor. Dan itu, tak lagi menarik.

Namun, beruntungnya saya, pekerjaan saya ini merupakan passion yang selama ini saya idamkan. Ya, kini saya telah resmi disebut jurnalis. Meski kini hanya duduk di depan monitor sembari membalas bbm juga sms yang masuk, saya tetap jurnalis.

Alasannya, sekarang saya sudah menjadi penata pada program berita. Kerennya sih produser. Tapi saya tidak mau disebut itu. Gak menjual sama sekali. Lebih bagus jurnalis.

Sederhananya, ketika kita bekerja dalam satu perusahaan yang sudah memiliki mekanisme jelas, tapi tidak dapat berkreasi itu, bahasanya kita dipecundangi kreatifitas. Sumpah, itu lebih menyiksa daripada tidak orgasme dalam satu bulan.

Otak yang sudah numpuk ide, serasa jadi benda tumpul yang lembek tapi dibungkus rangka baja yang tak dapat ditembus peluru tertajam sekalipun.


No comments:

Post a Comment

Terima kasih untuk berkomentar. Saya tunggu kabar kamu, selanjutnya.

Saya Hisyam Suratin, salam.