Kecuplah pada diam
Pada mereka yang pandai menahkodahi malam
Ingatkan aku jika lalai
Pada bunga yang membangkai
Geliat malamku kembali riuh
Menengada memanjatkan doa
Urai derai menggelantungkan jiwa
Kuindahkan dirimu diantara duniaku
Bukan sebatas sajak yang mengagungkan rima
Aku menyeruak diantara batas kota
Menggelepar menembus asa
Tinggalah aku pada malam yang setia
***
Kuakui tak ada yang seindah
Dia atau dia
Ketika mewarnai indah dunia
Kukecup sari dari madunya
Lalu kau beri aku beserta isinya
“semua milikmu”
Bersama angin malam
Kugadaikan nafasku untuk ayu-mu
Kupintal menjadi satu cerita
***
Takdir menggariskan kita
Mereka – aku – kamu
Kurobek malamku dengan indahmu
Kuakui anggunmu
Selaras dewi bulan
Hingga aku harus pergi
Meninggalkan ruang yang memang kosong
***
Entah kumulai darimana
Angin malam ini membelai
Leher dinginku
Yang mengkerut cemberut
Tak mampu bukan takut
Masih saja
Terlintas tentangnya
Seorang yang anggun
Kuakui, aku mengagumi
***
Sungguhpun indah dimata
Memberi suguhan ciptaanNya
Kusyukuri nikmat ini
Aku mengerti
Urai hitam rambut itu
Membawaku mengalir
Tatap sinis khas seorang yang anggun
Kataku tak lagi kumengerti
Semua tentang dia
Wanita yang tak kukenal namanya
***
Sanjung senja mengawali gelap
Hembus sepoi namun menusuk
Aku tersudut diantara bait
Kuungkap dalam kata
Kuingin bercerita
***
Tak kurang memang kuakui
Hanya kepadaNya, tidak denganmu
Dia atau dia
Kupungut yang tercecer
Sobekan secarik itu
Bodohkah aku dulu ?
Aku bercerita dengan kata ini
Dengan pena ini
Dengan kertas ini
Aku tak lagi bisa kembali
Bersilang tangan didada
Menunggu yang ada
Aku mendapatnya
***
Kuakui aku tak lagi
Kuakui aku merapuh
Tumbuh kembang tak lagi
Macam mawar yang selalu mewangi
Ciutku memberiku nama
Pecundang
Sesalku menjadi dosa terbesar
Kuingat sesalku, kuingan mereka
***
Tak lagi kulanjut lukisan itu
Bukan aku tak mampu
Aku tak tahu
Garis itu membentu sebuah cerita
Kudapati semua tentang mereka
Diantara seraut wajah yang klihat
Tak pernah usai
Sungguh aku menggila
Pada garis yang melukis indah mereka
Lalu aku berdiri
Kuusap dengan tisu garis yang kuanggap tak ingin berhenti
Aku tak mau lagi
Mengingatnya
Mereka semua
***
Kini malamku tak lagi pekat
Derai cahaya memangkas pekat
Tantang yang lalu
Kuikat angin malam ini dengan senyum
Senyum mereka yang pernah kuhisap
Lalu kutelan dalam cinta
Kudapat jejak itu kembali
Yang terlukis diatas malam
Kukenang kembali aromanya
Dentingan nada
Mengawali harmoni malam ini
***
Kulukis malamku dengan senyum
Senyum mereka
Dia atau dia
Kusisir malam ini dengan nafas
Berharap terurai rapi menjadi kepingan
Tetang kenangan
Yang pertama atau kedua
***
Kuingat betul kala itu
Jalanku terhenti ketika itu
Mataku tersayat keindahan
Kusebut kau ayu dalam hidupku
Mulanya kau tahu aku mengharapmu
Namun kelamaan kau tak mengerti
Aku mencintaimu
Hariku – harimu mati
Oleh keangkuhan
Aku tak juga bersamamu
Hampir disetiap malam kusebut rindu
Yang kemudian berujung dengan pelu
Akan indahmu
Sedalam itukah aku ketika itu
Tuhan tahu, aku tidak
Kamu apalagi
***
Lembar telah tersobek berkali – kali
Mungkin kalender juga bosan
Aku tak juga berani
Kamu apalagu, lari malah
Kutahu kali pertama kau sebut aku dala doamu
Aku disampingmu, bukan dihadapmu
Terangkai kering diantara hijaunya daun
Mulai mengasing diantara bebatuan
Menyelinap diantara ilalang
Kemudian hilang
Aku juga
Aku pergi
Kutitipkan doa untukmu. Dengar sebelum
Kau benar – benar pergi
***
Rasa ini mengelupas
Tertinggal pada kenangan
Penuhi yang tertinggal
Putihpun menjadi kelabu
Denganmu
Sendiri menyudut diantara malam
Hening mengawali angan
Sunyi menyambut yang pernah ada
Mengisi diantara mereka
Bara hiasi sudut jendela
Terbakar meminta jiwa
Semu tiada
Hanya tertinggal gelisah
Sebatas harap
Atau bermimpi bersama
Dia yang tak lagi mencinta
***
Hanyut dalam dusta
Tak pernah terucap sepatah saja
Tentang cinta
Aku juga sama
Setia tantang andai
Hanya secarik larik
Kini telah usai
Untuk yang kini menanti
Indah itu ada
Hanya kita yang tak mengerti
Salah siapa yang tak mengagungkan cinta
Mungkin kenangan yang hilang
Kini terkumpul dan berdebu
Kita yang mengerti
Bukan dia tau mereka
***
Sadari malam ini
Aku tak lagi bersama
Bahagiaku tak seindah dulu
Jarak memakiku untuk mengenal rasa
Tinggalkan saja rupa
Maaf bila aku tak mengerti
Tunjukkan bintang
Padaku yang selalu berkeluh
Indahkah
Kusebut kau bunga
Dalam hisdup ini
Jalanan menantiku kembali
Menanti indahnya buaian cinta
Pelukmu yang merasuk dalam jiwa
(Bersamsung)
Juli 2012 - ...
No comments:
Post a Comment
Terima kasih untuk berkomentar. Saya tunggu kabar kamu, selanjutnya.
Saya Hisyam Suratin, salam.