4/20/12

Prosa Hidup Sederhana


Terperangah menatap dunia yang mungkin tak nyata
Diantara kesunyian aku berteriak
Tak ada gaung
Tak ada gema
Mungkinkah aku nyata

Dirumah sederhana ini aku bermimpi
Menjadi seorang presiden
Mensyukuri segala

Aku bermimpi bersama ibu
Aku bermimpi bersama bapak


Aroma masa kecil kembali terhirup
Bibirku kembali membuai senyum
Bahagia rasaku

Kini aku telah bisa berdiri
Menatap segenap dunia yang tersingkap mimpi semalam
Dia, dia, dan dia
Mewarnai kisah hidupku
Langkahku terhenti mengagumi mereka

Mungkin hidup ini cerita
Yang telah tertulis naskahnya
Masih aku terhenti diantara mereka

Kembali kupandang sejenak senyum mereka
Kuingin hidup ini bahagia
Seperti ketika aku digendong dan disuapi ibu

Senjaku menyambut
Gelap,
Seperti itukah aku ?
Seburuk inikah aku ?
Hidup yang tak pernah kunikmati dengan benar
Hanya sebatas dan sekilas

Bukankah senjaku sudah berwarna
Walau tak semeriah pelangi
Mungkin tetap indah
Pujiku untuk hidupku

Berteriak diantara kesunyian aku menangis
Menatap gelap kemarin
Sesalku tiada henti
Sekalipun tak pernah kunikmati sesal itu
Hanya terbingkai cerita
Itu sesalku

Tiada pernah bintang berhenti bersinar
Bintang jatuh teriak kawanku
Yang setia menunggu gelap menyingsikan lengan bajunya
Hatiku serasa terkoyak

Aku disudut jendela
Menatap angkasa yang tak pernah marah
Sekalipun kuhina habis – habisan
Tak kuhargai
Itu kebodohanku

Mungkin saja senja berhenti menatap indahnya
Diantara cipratan sinar yang menangis
Kilauan cahaya karena pecahan kaca yang menepi

Minder

“ aku hanya serpihan “

Mungkinkah aku bisa setegar itu ketika aku tercecer menjadi kepingan

Hidup tak pernah seindah surga
Tak juga seburuk neraka

Tahukah kalian tentang surga dan neraka ?
Aku tahu surga dan neraka dunia ?

Jalanlah diantara kebaikan
Jauh menunggu senja berakhir
Namun tak pernah berakhir

Dan diantara mereka kutemukan keindahan
Tiada lagi senyum seperti dulu
Mereka mengerti tentang keindahan
Mereka memahaminya

Sudahlah
Menyerahlah
Tak akan pernah terjadi
Semua tidak mungkin

Kulihat mereka terbahak menikmati kegagalan

Aku menciut karena siapa
Bodohnya aku kembali menengok kebelakang
Kisah yang menjadikanku tak setegar hari itu

Malang, 20 April 2012

No comments:

Post a Comment

Terima kasih untuk berkomentar. Saya tunggu kabar kamu, selanjutnya.

Saya Hisyam Suratin, salam.