3/27/12

Dear Diary (27 Maret 2012)



Pagi yang cerah, aku dibuat kaget dengan sinar yang sudah memnuhi seisi kamarku. Alarm yang kuaktifkan menunaikan kewajibannya, aku terbangun.
                Masih terasa berat mataku. Tapi kilauan cahaya memaksaku beranjak dari kasur juga. Pagi ini aku mandi dengan sabun baru yang kubeli tempo hari. Tak terasa dingin, padahal hari – hari sebelumnya aku menggigil ketika mandi pagi.
                Sudah 3 kali aku tidak ikut kelas AIK II di masjid kampus. Aku berangkat lebih pagi dari biasanya. Terlalu pagi pikirku ketika memarkirkan motor. Tak ingin terlihat canggung di kampus, ku kirim pesan pada temanku. Sebenarnya itu untuk mengingatkannya agar tidak lupa ada kuliah pagi hari ini, tapi ternyata temanku sudah duduk manis menuggu dosen datang. Aku tertawa melihatnya.
                Hari yang penuh berkah. Belum lama aku masuk, dosen sudah mengatakan “ hari ini ada tes untuk preview materi minggu lalu “. Ampun sudah, mana pernah aku masuk, gimana bisa jawabnya. Seperti prediksi, aku dipanggil pada urutan ketiga.

Bbukan memberi pertanyaan dosen itu malah mengomentari pakaianku yang hari itu hanya sebatas kaos oblong yang menjadi larangan di kampusku. Tapi melihat absensiku yang memungkinkanku tidak bisa menjawab pertanyaan,aku dibebaskan dari pertanyaan. Syukurlah.
Materi pagi ini membahas tentang iman. Cukup asyik sebenarnya, tapi karena kurang tidur aku tak bisa menatap papan tulis cukup lama, sesekali harus menguap dan memejamkan mata sejenak. Tapi tak ada komentar untuk tingkahku kali ini.
Hampir 90 menit aku mengikuti kelas yang diisi tak lebih dari 20 orang itu. Pada pukul 08.45 bapak dosen itu mengakhirinya.
Aku melangkah menuju tangga lantai 1. Menyusuri tangga yang dihimpit tembok putih bersih itu. Karena tidak diperbolehkan menggunakan alas kaki ketika di kelas karena berada dalam lingkungan masjid, aku melepas sepatu dan kuletakkan berjajar diantara sepatu teman yang lain, di tangga.
Ketika melihat sepatu yang sebelumnya berbaris rapi seperti aku ketika mengikuti upacara itu berubah menjadi setumpukan benda yang tak beraturan, emosiku meninggi ditambah terik yang menyengat aku ngomel hingga seorang teman membantu mencari sepatu satu – satunya yang kumiliki. Untungnya ketemu, karena letaknya berada pada tumpukan yang jauh dari tempat awal aku menaruhnya.
Perjalanan pagi kuteruskan menuju kantin belakang tempat strategis mencuci mata. Biasanya banyak cewek yang juga sarapan di warung itu. Aku yang cukup dekat dengan pemilik warung langsung mencomot piring dan mengisinya dengan nasi putih ditambah lauk dengan kaldu yang menggetarkan lidah itu. Tidak lupa tempe, makanan kesukaanku.
Perut lapar selalu menjadi alasan yang tepat ketika aku lupa tak memiliki uang lebih untuk bulan ini. Sembilan ribu rupiah melayang pagi ini hanya kerana sepiring nasi. Berat rasanya menelan nasi, tapi perutku sudah berteriak meminta makan. Apa boleh buat, yang sudah terjadi itu rezeki. Gumamku menenagkan.
Masih satu jam lagi kelas audio visual dimulai, aku menantinya sambil ngobrol dengan teman – teman sekelasku. Masih di warung itu.
Tapi ada satu hal yang membuatku senang hari itu. Temanku mengirim pesan yang isinya “ sam ada teman sekelasku ingin kenalan sama kamu “. Wah, aku laku juga. Aku lagi – lagi tertawa.
Kubalas pesan itu cepat. Sayang, cukup balasan dari teman smpku itu kuterima. Ketika aku bernjak keluar dari kelas audio visual.
Setelah kelas itu aku berniat melihat pameran buku di gedung sebelah.
Pada perjalanan menuju gedung yang cukup melelahkan ditempuh dengan kaki, aku bertemu temanku sekelas ketika SMA. Ya, selama 2 tahun sekelas keakraban sudah terjalin diantara kita. Dengan canda aku menyapa temanku yang kini berkerudung itu “ kuliah ya? ”. Bukan temanku yang menjawab, tapi temannya yang satu lagi. Dengan santainya dia berkata “ mau bajak sawah “. Aku terbelalak mendengar jawaban itu, sok banget itu anak celetukku.
Bukannya menuju gedung tempat pameran buku, aku malah belok menuju cafe depan kampus. Aku masih dihantui jawaban yang lucu mungkin, menurut mereka. Tapi tidak untukku. Lebih dari satu jam aku duduk di cafe ditemani laptop. Dan aku pulang ke kost ketika lampu merah menyala pertanda laptopku mengalami krisis baterai.

No comments:

Post a Comment

Terima kasih untuk berkomentar. Saya tunggu kabar kamu, selanjutnya.

Saya Hisyam Suratin, salam.